Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Bunga Raflesia Arnoldi
Bunga Raflesia Arnoldi, Kebun Raya Bogor

16 Tahun Menunggu, Akhirnya Bunga Raflesia Arnoldi Mekar di Kebun Raya Bogor



Berita Baru, Bogor – Bunga Raflesia Arnoldi berhasil mekar di Kebun Raya Bogor setelah 16 tahun menunggu sejak 2006. Keberhasilan tersebut membuat sejarah baru bagi dunia ilmu pengetahuan.

Peneliti Rafflesia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sofi Mursidawati saat ditemui Rabu, (14/09) mengatakan penelitian ini berawal dari 2006, dirinya hanya melanjutkan apa yang telah dirintis oleh terdahulu.

“Tahun 1850-an penelitian ini sudah dimulai sebenarnya, namun banyak sekali informasi yang dianggap oleh para reviewer kurang valid, dokumentasinya kurang,” ungkap Sofi.

Setelah zaman kemerdekaan, peneliti-peneliti Indonesia sudah banyak yang melanjutkan penelitian tersebut. Namun, baru pada hari ini bunga Raflesia Arnoldi berhasil mekar pertama kalinya di Kebun Raya Bogor.

Pada 2004, dirinya mendapatkan perintah dari Direktur Kebun Raya Bogor Irawati untuk melanjutkan kembali penelitian yang sempat tertunda.

“Biasanya raflesia fadma yang mekar, sudah 16 kali. Pada saat ini raflesia arnoldi mekar setelah menunggu 16 tahun. Dari sejak 2006,” lanjut Sofi.

Sofi menerangkan metode yang digunakan untuk membungakan Raflesia Arnoldi berbeda dengan Raflesia Fadma, metode tersebut merupakan hasil inakulasi biji Raflesia Arnoldi kedalam tubuh inangnya tetrastigma yang bukan berasal dari lokal. Inangnya didapatkan melalui pertukaran biji dengan salah satu Kebun Raya di Amerika Latin.

“Menurut catatan, inangnya sendiri sudah berada di Kebun Raya Bogor sekitar tahun 52 berupa bibit/biji dan tahun pada tahun 53 sudah di tanah di kebun raya Bogor. Jadi, inangnya sendiri sudah berumur 69 atau 70 tahun hari ini,” pungkasnya.

Lanjut Sofi, bunga Raflesia yang mekar di Kebun Raya Bogor memang belum sempurna dan jangka waktu pemekaran 3-4 hari, tentu berbeda dengan yang ada di habitatnya.

“Di Kebun Raya ini kemungkinan ukurannya sangat kecil, jadi, tidak seperti yg asli di habitatnya. Namun, tetap saja ini merupakan satu peristiwa yang memang jarang terjadi dan mungkin baru pertama kalinya di dunia”. Tutup Sofi.