Hari Terakhir Masa Kampanye, GENJET Ajak Serukan Gerakan Rabu Membiru
Berita Baru, Bogor – Hanya tinggal menghitung hari pemilihan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor akan dilaksanakan. Berbagai pasangan calon saling adu gagasan dan strategi dihari terakhir kampanye.
Diketahui bersama pemilihan umum kepala daerah Kota Bogor akan dilangsungkan pada hari rabu tanggal 27 November 2024.
Muncul Gerakan Rabu Membiru ramai diserukan untuk datang ke TPS di hari Rabu menggunakan atribut berwarna biru yaitu warna khas yang melekat dengan pasangan calon nomor urut 03 Dedie -Jenal.
Hal itu diserukan oleh kalangan muda Generasi Milenial Jenal Mutaqin (GENJET). Asep Ketua GENJET menyerukan anak muda harus ambil peran penting yaitu menggunakan hak suaranya dalam memilih pemimpin.
“Pemilih anak muda sangat besar, anak muda tidak boleh hanya menjadi objek kepentingan di setiap momentum politik saja. Maka melalui gerakan ini kita akan memberikan pembuktian pada publik bahwa anak muda hari ini bukanlah hanya menjadi followers tetapi sebalik nya pemuda hari ini adalah penentu”, ungkap Asep kepada awak media di Posko Kemenangan Jenal Mutaqin pada Sabtu (23/11).
Asep mengatakan warna biru muda sering dikaitkan dengan ketenangan dan kedamaian, seperti ketenangan langit yang cerah. Dalam berbagai budaya, biru muda telah digunakan untuk melambangkan kepercayaan dan kebijaksanaan. Biru muda dapat berarti kejujuran dan kepercayaan.
“Makna biru muda sangat cocok dengan karakter kepemimpinan Dedie -Jenal, dibuktikan dengan setiap kampanye di wilayah sangat dicintai oleh masyarakat Kota Bogor”, kata Asep.
Disamping itu, hanya Dedie – Jenal dalam proses seluruh penyusunan visi, misi dan janji politiknya, melibatkan anak muda yang diberikan ruang untuk berperan aktif dalam pembangunan Kota Bogor kedepan.
Dalam seruannya Asep mengajak seluruh masyarakat Kota Bogor bersama-sama datang ke TPS memakai Baju biru dalam menggunakan hak pilihnya.
“Saya mengutip dari seorang penyair asal Jerman bernama Bertolt Brecht bahwa buta terburuk adalah buta politik. Dia tidak mempedulikan politik dengan panca inderanya. Dia tidak tahu bahwa harga makanan pokok, harga tempat tinggal, harga obat, dan lain-lain bergantung pada keputusan politik”, tutup Asep.