Kepemimpinan Visioner dan Masa Depan Kota Depok
Depok, Berita Baru – Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak akan digelar pada 27 November 2024. Tanggal pelaksanaan Pilkada 2024 tercantum dalam Peraturan KPU Nomor 2 Tahun 2024 tentang Tahapan dan Jadwal Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2024.
Perhelatan politik tersebut sudah mulai ramai diperbincangkan, termasuk diantaranya Pilkada Kota DepokKota Depok. Sejauh ini, ada dua nama yang menguat sebagai calon Walikota, yaitu Imam Budi Hartono dan Supian Suri. Keduanya diketahui sudah mulai gencar melakukan manuver politik. Tentu dengan cara dan gayanya masing-masing.
Sebagai rival politik, dua tokoh tersebut (Imam dan Supian) memiliki peluang yang sama kuatnya. Imam misalnya, ia diuntungkan dan memiliki peluang menang yang tinggi. Hal tersebut karena ia saat ini menjabat sebagai Wakil Walikota. Selain itu, dijabatan politik ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sosial (PKS). Dimana partai bernuansa Islam tersebut telah memimpin Kota Depok kurang lebih hampir 20 tahun. Tentunya, ia telah memiliki instrument dan infrastruktur politik yang sangat kuat.
Peluang yang sama juga dimiliki oleh Supian. Mesti tidak pernah menduduki jabatan politik sebagai walikota, wakil walikota atau DPRD, diketahui bahwa Supian memiliki sejumlah pengalaman. Saat ini ia menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Depok sejak 22 Juli 2021 hingga sekarang. Sebelumnya, ia juga pernah mengemban sejumlah jabatan, diantaranya Sekretaris Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM), Pelaksana Tugas (PLT) Pembangunan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota dan beberapa jabatan lainnya.
Problematika Kota Depok
Sebagaimana yang penulis tutur diatas, Pilkada menjadi magnet perbincangan masyarakat Kota Depok. Namun, perbincangan tentang perhelatan politik tersebut sebaiknya tidak sebatas kulit, melainkan harus bicara yang lebih substantif dan esensial. Sehingga gaya politik di Kota Depok tidak terjebak pada politik “like or dislike” (suka maupun tidak suka). Melainkan harus mengupas kapasitas sang calon dan visi misi serta kemapuan dalam memecahkan persoalan yang terjadi ditengah masyarakat.
Kota Depok memang memiliki banyak penghargaan dari pemerintah pusat. Tetapi juga menyimpan segudang persoalan yang sangat bersentuhan dengan rakyat. Baru-baru ini, Lembaga Survei (LS) Visi Nusantara (Vinus) merilis hasil survei yang digelar pada 2-10 Mei 2024. Hasil survei LS Vinus menunjukkan hanya 18,12 persen masyarakat Kota Depok yang puas dengan kinerja Pemkot Depok. Sementara 65,88 persen tidak puas dan 16 persen tidak tahu.
Penulis mencatat, penyebab tingginya ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah kota Depok dipengaruhi beberapa faktor. Diantaranya adalah pelayanan publik yang belum maksimal. Ditambah lagi dengan persoalan lain seperti harga sembako, kondusifitas, kemacetan banjir dan lain sebagainya. Hal inilah yang akhirnya membuat sebagian masyarakat tidak peduli dengan pilkada. Sebagian lainnya, meragukan siapapun calon walikota yang ada tetap tidak mampu merubah apa-apa. Karenanya istilah “Depok 20 Tahun gini-gini aja?” mencuat deras di media sosial belakangan ini.
Sebetulnya, penulis yakin bahwa masyarakat tidak sepenuhnya apatis dengan hal-hal yang berbau politik. Merea tentu mendambakan pemimpin yang mampu menjawab segala keresahan mereka. Sebagai warga Depok, tentu mereka ingin melihat kota yang ditempatinya memiliki perubahan menjadi kota yang jauh lebih maju. Baik dalam sisi infrastruktur, Sumber Daya Manusia (SDM), ekonomi, maupun pelayanan publik.
Peluang dan Harapan
Melihat dari kondisi kota Depok yang sedemikian kompleks. Ditambah dengan ketidakpuasan masyarakat yang tinggi terhadap kinerja pemerintah kota Depok. Lantas siapa yang paling dianggap mampu untuk membenahi persoalan tersebut?
Penulis beranggapan, peluang Supian untuk menjadi orang nomor 1 di Depok sangatlah tinggi. Sebagai sekretaris daerah, tentu ia tahu betul dapur pemerintahan. Maka, masalah kinerja pemerintahan yang belum bisa memuaskan masyarakat, sangat mungkin bisa diselesaikan olehnya. Pengalamannya yang berangkat dari bawah hingga menduduki puncak jabatan seorang aparatur sipil negara (ASN) sebagai Sekda, juga merupakan modal yang sangat besar untuk merubah Kota Depok yang jauh lebih maju. Jika Supian tahu persoalan dari hulu ke hilir, maka ia juga tahu bagaimana cara menyelesaikan persoalan tersebut.
Sebaliknya, mesti Imam memiliki posisi yang begitu strategis saat ini, yaitu sebagai wakil walikota sekaligus pemimpin PKS. Tetapi langkah Imam untuk menjadi orang nomor 1 di Depok tidak bisa dianggap mulus dan mudah. Apalagi selama kurang lebih dua dekade partai yang dipimpinnya menjadi rezim penguasa di Depok. Ternyata belum banyak melakukan perubahan yang signifikan. Hal tersebut yang kemungkinan membuat masyarakat berfikir ulang untuk kembali mendukung Imam. Justru bisa jadi harapan masyarakat akan berlabuh pada Supian.
Kembali pada Supian, ia juga memiliki potensi menang karena faktor lainnya, yaitu visi yang tepat. Di Banyak forum, ia menyatakan bahwa dirinya ingin maju sebagai calon walikota dengan niat pengabdian. Artinya, kepentingan yang ia bawa adalah kepentingan perubahan kota Depok dan kemaslahatan rakyat. Itulah yang kemudian antusias dukungan masyarakat terhadap Supian tak kalah dengan dukungan masyarakat untuk Imam.
Tetapi, siapapun kemudian yang mendapatkan amanah rakyat, maka harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Penting untuk disadari, bahwa Depok sangat layak dan mampu menjadi kota yang maju. Syaratnya, harus dipimpin oleh sosok yang tepat, berpengalaman, visioner dan mau bekerja keras untuk melakukan perubahan. Wasallam.
Penulis,
Cokky Guntara