Ketika Ilmuwan Dikesampingkan dan Influencer Dijadikan Rujukan
Berita Baru, Opini – Fenomena “The Death of Experts” sebagaimana dilaporkan dalam artikel Kompas, mencerminkan perubahan besar dalam cara masyarakat mencari dan menerima informasi.
Di era digital ini, otoritas para ahli mulai terkikis, digantikan oleh pengaruh influencer yang sering kali memiliki basis pengikut besar, tetapi minim kredensial atau keahlian di bidang tertentu. Situasi ini diperburuk oleh rendahnya tingkat literasi masyarakat, yang menjadikan opini tanpa dasar lebih menarik dibanding fakta berbasis ilmu pengetahuan.
Zaki Romdon, Anggota aktif PMII Cabang Kota Bogor, menyoroti persoalan ini sebagai tanda serius yang harus diatasi. “Kita berada di zaman di mana fakta dan keilmuan yang kredibel sering kali kalah dengan narasi populer dari influencer. Padahal, ahli memiliki latar belakang ilmu yang mendalam dan pengalaman yang teruji,” tegasnya.
Menurut Zaki, rendahnya minat baca dan kurangnya kemampuan berpikir kritis menjadi penyebab utama mengapa banyak netizen lebih mudah percaya pada influencer. “Akibatnya, masyarakat sering tergiring isu-isu yang belum tentu faktual dan justru menimbulkan disinformasi. Dalam jangka panjang, ini bisa merugikan kehidupan sosial, ekonomi, bahkan politik,” tambahnya.
Pentingnya peran mahasiswa, terutama mereka yang tergabung dalam organisasi seperti PMII Cabang Kota Bogor. Mahasiswa, sebagai agen perubahan, diharapkan mampu membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya literasi media dan informasi berbasis keilmuan. “Mahasiswa harus menjadi jembatan antara masyarakat dan kebenaran. Edukasi melalui diskusi dan program literasi harus menjadi prioritas untuk melawan derasnya arus informasi palsu.
Fenomena ini juga menunjukkan perlunya kebijakan yang mendukung kredibilitas para ahli dalam ruang publik. Misalnya, pemerintah atau platform media sosial bisa mendorong akses lebih mudah ke informasi yang valid, serta memberi ruang lebih besar bagi ilmuwan dan pakar untuk berbagi pengetahuan secara luas. Kolaborasi lintas sektor ini sangat penting agar kepercayaan masyarakat pada keilmuan dapat kembali dibangun.
Jika dibiarkan, ketergantungan pada narasi influencer tanpa dasar dapat menimbulkan dampak jangka panjang, seperti pengambilan keputusan publik yang salah arah. Hal ini sangat berbahaya dalam konteks isu-isu krusial seperti kesehatan, pendidikan, atau lingkungan. Masyarakat harus mulai belajar menyaring informasi berdasarkan kredibilitas sumbernya, bukan hanya dari popularitas pembawa pesan.
Era digital adalah peluang besar untuk berbagi informasi, tetapi juga tantangan untuk memastikan informasi yang beredar berkualitas dan akurat. Kepercayaan kepada para ahli bukan hanya menghormati keilmuan, tetapi juga langkah menuju masyarakat yang lebih cerdas, kritis, dan bijaksana. “Mari kita kembalikan kepercayaan kepada pakar dan ahli. Karena di tangan merekalah masa depan pengetahuan dan kebijakan yang tepat bisa tercipta,” pungkas Zaki.
Penulis : Zaki Romdon S.Pd
Kader PMII Kota Bogor