Belajar Sabar dari Imam Junaid Al Baghdadi, Disiram Air Basuhan Ikan di Balas Dengan Tawa.
Berita Baru,Religi – Sabar itu ada batasnya, kata – kata tersebut sering terungkap dari orang – orang yang sedang dikuasai nafsu amarah, namun menurut Gus Dur jika ada batasnya bukan sabar namanya.
Sabar sendiri berarti mengendalikan amarah atau ghadab Amarah dimana kondisi mendidihnya darah dalam jantung untuk mendorong seseorang melakukan caci maki, mencela bahkan bisa sampai melakukan penganiayaan.
Dalam arti sabar sendiri bukan berarti melenyapkan atau memusnahkan nafsu amarah, karena kemarahan tidak bisa dimusnahkan, dengan sabar kita diharuskan mengendalikan amarah menjadi energi positif yang dahsyat.
Para Ulama terutama Wali Allah mencontohkan dalam kehidupan kesehariannya untuk bersabar, seperti halnya Imam Junaid Al – Baghdadi dalam salah satu kisahnya bersabar saat disiram sisa basuhan ikan oleh para pendengkinya.
Peristiwa tersebut ketika hari Jum’at saat imam Junaid hendak berangkat ke masjid untuk menunaikan Sholat Jum’at.
Bukan wali namanya jika tidak ada sekelompok orang yang membencinya, orang – orang tersebut yang hidup berdampingan dengan Imam Junaid merencanakan sesuatu untuk membuat marah Imam Junaid.
Para pembenci Imam Junaid menyiramkan air sisa basuhan ikan yang sudah mereka siapkan, ketika Imam Junaid berjalan belum jauh dari rumahnya, al hasil baju sosok guru besar sufi tersebut basah kuyup dan bau amis.
Para pembenci berharap besar mendapatkan amarah caci maki secara membabi buta dari Imam Junaid, namun yang mereka dapatkan malah tertawa dengan terbahak – bahak dari misterio Sufi tersebut dan berkata :
“Orang yang berhak masuk neraka (seperti diriku ini) lalu mendapat rekonsiliasi dari Tuhan melalui siraman air basuhan ikan, jelas tidak pantas marah. yang ada justru bahagia,”ucapnya dengan riang gembira.
Setelah bajunya basah kuyup karena guyuran air sisa basuhan ikan, Imam Junaid kembali ke rumahnya dan berganti baju, rupanya wali zuhud ini tidak memiliki lagi pakaian selain yang dikenakan, al hasil ia memakai pakaian istrinya untuk menjalankan shalat Jumat.
Hikmah dar kisah di atas, agar kita dapat mengendalikan amarah selain ilmu akan membuat kita selalu berbaik sangka kepada Allah, tentunya untuk bisa seperti itu perlu belajar latihan spiritual (riyadhah ruhiyah) dengan istiqomah.***